Selasa, 10 Februari 2015

Pengabdi Setan (1980)


“SYETDAAAAAH AH barusan gue nonton film kea begini amat sih ya Allah
 *langsung komat-kamit baca istighfar*.”



Begitulah reaksi gue ketika lagi nonton film Pengabdi Setan untuk pertama kalinya. Buat orang-orang yang besar di era 80-an, rata-rata mungkin udah pada tau film bergenre horor ini. Nah bagi yang belum mafhum, film Pengabdi Setan arahan sutradara Sisworo Gautama Putra yang dirilis tahun 1980 ini, duduk setara dengan film-film Indonesia lain dengan cita rasa cult seperti Sundel Bolong nya Sisworo juga, Lady Terminator dan Leak nya Tjut Djalil, dan Perawan di Sarang Sindikat nya Ackyl Anwari. Karena menyandang predikat film cult dan bisa dibilang udah go international pada masanya, film ini banyak diincar oleh kolektor film dari dalam maupun luar negeri. Gue pribadi pun sebenernya udah kepengen nonton film ini dari tahun lalu, sampai akhirnya mz Joko Anwar di Twitternya bilang kalo film ini adalah film horor Indonesia favoritnya. Akhirnya gue pun jadi menyegerakan diri untuk nonton film ini, saking penasarannya.
Film ini menceritakan tentang potret sebuah keluarga yang jauh dari ajaran agama mereka, alias mereka ini keluarga islam KTP. Sang bapak yang workaholic, Hendarto (W.D. Mochtar) dan anak-anaknya yaitu Rita (Siska Karebety) dan Tommy (Fachrul Rozy), terpukul atas kematian istri dan ibu mereka. Pada malam tahlilan, Tommy melihat arwah ibunya gentayangan di luar jendela ketika ia tiba-tiba terbangun pada tengah malam. Hal itu membuat Tommy jadi tambah galau. Atas saran temen-temennya, Tommy pun ngedatengin seorang peramal (Ruth Pelupessy) untuk dibacakan nasibnya yang akan datang. Sang peramal pun berkata bahwa hidup Tommy dan keluarganya akan ada di ambang kehancuran, sehingga Tommy disuruh untuk belajar ilmu hitam. Si Tommy pun ternyata beneran belajar ilmu hitam, sampai akhirnya dia dilarang untuk belajar ilmu hitam oleh ayahnya karena Tommy jadi sering mimpi buruk, dan disarankan untuk rajin ibadah oleh pembantu keluarga Hendarto yang sudah sakit-sakitan bernama Pak Karto (HIM Damsyik).

Beda lagi cerita tentang kakaknya Tommy, yaitu si Rita. Bukannya lebih mending dari adeknya, kirim-kirim doa gitu kek ke ibunya, dia malah mau-mau aja pas diajak disco sama pacarnya yaitu Herman. Tapi si Rita pun sering bercerita ke Herman kalo suasana rumahnya jadi gak enak sejak ibunya meninggal. Lantas Herman pun menyarankan Rita agar ia memanggil dukun ke rumahnya agar hantu-hantu yang gentayangan di rumah Rita bisa pergi.


Suatu hari, rekan bisnis Hendarto menawarkan Hendarto untuk memakai jasa pembantu rumah tangga, karena takut kalo suasana rumah Hendarto jadi tambah gak kondusif setelah istri Hendarto meninggal. Hendarto pun akhirnya setuju untuk mempekerjakan seorang pembantu, yaitu Darminah (yak, si Ruth Pelupessy lagi). Kehadiran Darminah pun membawa serentetan kejadian-kejadian aneh bin ngeri di rumah keluarga Hendarto.
Sungguh ekspresyong yang expression sekali dari mb Rita.

Pengabdi Setan ini bisa dibilang mengusung tema horor dan dakwah. Kenapa bisa gue sebut ada unsur dakwahnya? Kalo kalian nonton film ini, kalian lambat laun bakal sadar kalo film ini emang sarat akan ajaran agama sih, terutama ajaran agama Islam. Dimulai dari pemakaman secara Islam dan pengajian di acara tahlilan, bahkan sampe ada baca ayat kursi juga. Pesan-pesan ajaran agama yang tersirat itu dikemas dalam bumbu horor yang lumayan nampol bagi gue. Kalo lo adalah orang yang butuh ditakut-takutin dulu akan setan atau situasi di neraka sebelum memulai ibadah, mungkin dengan nonton film ini terus baca komik-komik Siksa Neraka yang biasanya dijual didepan sekulaan, duo maut itu bisa bikin lo seketika jadi ahli ibadah se-RT/RW. Subhanalloft.

Tapi film ini juga gak lepas dari kekurangan dalam segi teknis. Banyak plot holes di sana sini. Adegan kematian Pak Karto kurang bisa dijelaskan secara mendetail oleh sutradara, mungkin akan lebih ngeri ngeri syedap jika adegan tersebut bisa berlanjut sampai ke penyebab utama Pak Karto bisa meninggal dengan cara seperti ‘itu’. Ada yang aneh juga ketika adegan dimana Herman yang naik motor, tiba-tiba helmnya jadi beda bentuk gitu. Selain itu, adegan pas si Tommy nyolok perut Pak Karto versi zombie, sukses bikin gue ngomong “ANJRET DAAAH BISA MEJRET GITU” kenceng-kenceng. Tapi menurut gue, scene yang paling wakwaw dari film ini adalah ketika Tommy lagi mau nyoba belajar shalat, dan tiba-tiba arwah ibunya gentayangan sambil mecahin jendela kamar Tommy dan ngomong "HENTIKAN ITUUU, HENTIKAAAAN." Ending film ini juga sempet bikin gue speechless. Nggilani emang ni film atu.


Dan kalian juga pasti tau sendiri kalo tahun 80-an itu segala sesuatu belum secanggih zaman sekarang, hal itu juga otomatis berimbas ke dunia perfilman. Bisa dibilang film ini kualitasnya rada crappy dari segi sinematografi, tapi di satu sisi, kualitas film yang rada crappy ini lah yang menjadi daya tarik sekaligus melipatgandakan nuansa serem di film ini.

Soal acting para casts nya, gue mau kasih two thumbs up buat Ruth Pelupessy. Biasanya gue ngeliat dia di film Sabar Dulu Dong nya Warkop, tapi kali ini gue ngeliat dia di film horor. To be honest, tiap si Darminah nongol (padahal cuman diem dan senyam-senyum doang), gue udah ngeri sendiri, apalagi sama ekspresi komuknya. Intinya, Ruth Pelupessy ini bener-bener jadi bintang utama di film ini menurut gue. Dan buat gue, tampang horornya itu setara sama tampang horornya Suzanna. Untuk casts yang lain, menurut gue chemistryantara Hendarto-Tommy-Rita masih kurang greget sih. Acting HIM Damsyik jadi Pak Karto yang sakit-sakitan menurut gue cukup sih, gue entah kenapa sering dibuat simpati ama karakter Pak Karto ini.


Overall, film ini emang pantes sih untuk dapet predikat film cult. Sutradaranya pun menurut gue juga cukup berhasil membuat film horor dengan selipan ajaran Islam disitu. Dengan membawa pesan moral bahwa setan itu bisa ngeganggu kita kapanpun dan dimanapun kalo kita lemah imannya, gue pun juga setuju dengan perkataan mz Joko Anwar di Twitter nya, bahwa film Pengabdi Setan ini termasuk film horor Indonesia yang terseram sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar